Home » » Konsep Manusia dan Islam dalam Pandangan Ali Syariati

Konsep Manusia dan Islam dalam Pandangan Ali Syariati

Written By RUMAH PENDIDIKAN on Senin, 06 Februari 2012 | 16.36


Oleh: Fajri Becoming

Masalah manusia adalah yang paling penting dari segalah masalah. Peradaban dewasa ini telah mendasarkan pondasi gaamnya pada humanisme – martabat manusia dan pemujaan manusia. Alasan pokok mengapa humanisme memenjukan kultus pada manusia adalah karena agama-agama di masa lalu merendahkan kepribadiaan manusia, meremehkan posisi di atas dunia, dan memaksanya agar mengorbankan dirinya di hadapan para dewa atau tuhan. Agama-agama lama memaksa manusia memandang kemaunnya sendiri sebagai sepenuhnya tanpa daya jika di hadapkan dengan kemauaan illahi, dan ppendekatan manusia padaNyaharus disertai sikap merendah dan penyerahan mutlak dengan berbagai sembahyang dan doa. 

Pendegradasiaan atas manusia, atas esensinya dan atas statusnya di alam semesta ini sebagaimana di akibatkan oleh keyakinan-keyakinan lama, mau tidak mau membangkitkan humanisme di zaman  Renaissace. Sejak itu humanisme seringkali dipandang sebagai suatu paham modern yang tujuaan pokoknya adalah mengagungkan manusia itu sendiri serta esessialitasnya di tenga jagat raya – suatu elemen pentin di zaman Renaissance yang diakibatkan oleh agama –agama zaman pertenganhan. Akar-akar humanisme berasal dari Athena, namun sebagai suatu paham Universal, ia telah menjadi pondasi peradaban modern di barat. Pada hakikatnya humanism merupakan reaksi keras terhadap filsafat skolastik dan agama Kristen zaman pertengahan.

Malam in saya bermaksud mendiskusikan –dalam batas-batas kemampuaan saya pada kesempatan ini – konsep Islam tentang manusia, penciptaannya, dan misinya di muka bumi. Lebih khusus lagi, saya akan mencoba membahas dan mengajukan jawaban-jawaban yang mungkin terhadap-terhadap pertanyaan di bawah ini : bagaimanakah islam meliihat manusia dan fenomena penciptaannya? Apakah idealisme islam cenderung untuk memperluas dan meyempurnakan potensial spiritual manusia ataukah mensubordinasikan kemanuaan bebas pada sang nasib? Apakah islam memandang manusia sebagai mahluk lemah yang memiliki tujuaan dan cita-cita tinggi akan tetapi tanpa daya di hadapan penciptanya? Benarkah islam mengingkari martabat luhur manusia? Benarkah kyakinan terhadap islam itu sendiri menyebabkan lemahnya manusia ? ataukah sebaliknya keyakinan pada islam dan kebenaran islam akan membentuk martabat mulia di dalam diri manuisa dan mencakup pengakuaan tas kebajikan-kebajikan manusia? Inilah topic yang akan saya bahas malam ini.

Untuk memahami humanisme dalam berbagai agama, atas konsep tentang manusia sepeti di kemukakan dalam agama-agama, jalan yang paling baik adalah dengan melkukan suatu studi menyeluruh tentang tentang miitos penciptaan manusia dalam seluruh agama baik dari timur ataupun dari barat. Sayang saya tidak cukup banyak waktu untuk mebahas filsapat penciptaan manusia dalam seluruh agama-agama itu sekarang ini. oleh karena itu saya harus membatasi pembahasan pada konsep kejadiaan manusia di dalam islam merupakan kontinuasi atau kelanjutan dari agama-agama Musa, Isa dan Ibrahim.dari seluruhnya.

Oleh karena penciptaan adam- symbol manusia –dalam kitab-kitab suci Ibrahim, islam merupakan kulminasi dan prefeksi, di ceritakan dalam bahasa simbolik, dan oleh karena bahasa  dari seluh agama simentik adalah simbolik saya akan memulai dengan membahas hakikat bahasa ini. suatu bahasa simbolik, yang menyatakan makna-maknanya lewat simbol-simbol  dan imaji, adalah bahasa yang paling indah dan halus dari seluruh bahasa yang perna di kembangkan manusia bahasa simbolik jelas lebih mendalam, lebih universal dan lebih abadi dari pada bahasa ekseposisi yang maksud dan kejelasannya  terbatas pada waktu dan tempatnya. Bahasa ekseposisi mungkin merupakan sarana komunikasi dan pengajaran yang lebih baik,tetapi ia tidak lestari dan abadi sebagaimana bahasa simbolik. Karena hakikatnya yang satu dimensi,tidak simbolik dan tidak mistik, bahasa eksposisi selalu terbatas pada waktu. 

Hal ini disebabkan, sebagaimana di tunjuksn oleh filosof mesir  yang terkenanal Abdul  Rahman Badawi, suatu agama atau filsafat yang mencoba mengemukankan seluruh makna atau konsep-konsepnya dengan bahasa yang langsung yaitu langsung kesasaran, dan bahsa satu tingkatan, pasti tidak akan bertahan lama. Padahal mereka yang dituju oleh agama selalu mewakili berbagai tipe dan kelas manusia yang mengejewantahkannya dalam sejarah dalam kapasitas intelektual dan spiritual yang berlain-lainan, dengan sudut pandang , pengalaman, bentuk-bentuk social dan persepsi yang beraneka ragam.

Pemeluk suatu keyakinan tidak terbatas pada suatu generasi atau zaman, tetapi merupakan berbagai berbagai generasi sambung-menyambung dan susul-menyusul sepanjang sejarah. Dan bahasa yang digunakan untuk meyampaikan pesan-pesannya haruslah merupakan suatu bahasa simbolik dan bermulti muka agar bahasa tersebut hanya mempunyai satu muka, maka bahasa tersebut memmang dapat dimengerti, akan tetapi akan cepat usang, kehabisan makna dan sangat terbatas. Semakin simbolik, elusif dan makin multi sisi suatu bahasa agama, maka akan semakin abadi dan penuh arti bahasa itu bagi generasi-generasi yang terus berdatang jdi masa depan. Bahasa simbolik yang berakar pada tipe-tipe orisinil dan simbolik-simbolik, tumbuh sesuai dengan perkembangan intelektusl manusia, berputar bersama putaran spritualnya, dan beryatahan terus dalam kemajuaan intelegensinya manusia. Oleh sebab inilah karya-karya sastra yang di tulis dalam bahasa simbolik menjadi abadi. 

Sebagai misal, sajak-sajak Hafis, yang di tulis dalam bahasa simbolik adalah Abadi. Kapan saja kita baca sajak-sajak itu, kita memperoleh artti baru, mengalami suatu apresiasi yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman inttelek kita, pandangan hidup dan cita-cita kita.  Namun sejarah Bayhaqi, atau Gulistan karya Sa’di, tidak memiliki kekayaan simbolik yag dipunyai oleh sajak-sajak Hafis. Bila kita membaca Gulistan mungkin kita dapat menikmati keindahan dan susunan kata-katanya.akan tetapi makna dan pikiranyang dikandungnya tak dapat menarikk perhatian kita oleh karena kita tahu apa yang dikatakannya oleh Sa’di dan apa yang dikatakanya jarang-jarang dapat kita terima justru karena  begiitu langsung, bahasa kita Gulistan telah kehabisan makna, sedangkan bahasa Hafis, yang terselubung dalam simbolisme dan misteri , belum dan tidak akan pernah tergusur dalam pejalanan waktu. Tergantung  pada cita rasa dan pemahamannya, setiap orang dapat menafsirkan bahasa simbolik Hafis dalam penertiaan tertentu dan secara demikiaan dapat mengambil berbagai makna baru dari naska tersebut.

Oleh karena itu agama-agama yang di tujukan kepada berbagai generasi dan tipe-tipe manusia dan berbagai kelas yang berlai-lainan, haruslah menggunakan suatu bahasa simbolik – satu bahasa yang tidak basi karena perjalanan waktu dan pergantiaan kebudayaan dan peradaban manusia. Dan adalah kekuatan sentral dalam agama yang melestarikan evolusinya yang potensial, menguak kebenaran-kebenaranya yang lebih dalam lebih tersembunyii dengan cara bertahap.banyak makna-makna dalam agama yang tidak jelas pada masa pemunculanya. Jika agama tidak mengirimkan pesan-pesannya dengan bahasa yang  awan dan sudah di kenal pada waktu itu, agama tersbut akan sulit di mengerti oleh makna dengan bahasa awan,ia tidak akan perna memilki arti baru dan kehilangan makna pada masa-masa berikutnya.

Secara demikiaan bahasa simbolik adalah alat terbaik ysng digunakan oleh agama sehingga ia dapat bertahan denga jalan mengekspresikan makna-makna nya dengan simbol-simbol dan citra-citra, yang makin lama menjadi makna penuh sejalan dengan kemajuaan intelektuaal dan pandangan manusia.bahkan gaya simbolik dianggap gaya paling indah dalam sastra eropa. Gaya simboik adalah seni menyatakan makna dengan berbagi citra dan simbol dan mencakup laoisan-lapisan makna yang lebih dalam di bawah pengertian sepintas. Dengan demikiaan perlu bahwa mitos-mitos penciptaan adam, manusia simbolik itu di ceritakan dengan cara simbolik, sehingga sekarang ini, setelah empat belas abad, cerita adam tetap bernilai untuk di baca, bahkan dalam zaman kemajuaan ilmu dan kemajuaan social yang sanagt tinggi dewasa ini.

Bagamankah pandangan islam memandang penciptaan Adam ?
 Mula-mula Tuhan  memberitahu para malaikat bahwa dia ingin menciptakan wakilnya di atas bumi, (9 lihat, betapa mulia nialai manusia dalam pandangan Islam bahkan humanisme eropa pasca – Renaissance tidak mampu memberikan kemuliaan dan kesuciaan demikaan besar  pada manusia dan misinya  dalam penciptaan). Tuhan Yang Maha Kuasa Yang Maha Sempurna, pencipta manusia dan penguasa jagat  raya, menyatakan pada para malaikat bahwa ia ingin menunjuk manusia sebagai Khalifanya, Sebagai WakilNya di bumi. Dan memilih manusia sebagai penggantinya di atas bumi, tuhan menganuhgrakan status spiritual tertinggi bagi manusia dan dengan demikiaan mempercayakan padanya suatu misi suci di alam raya ini. di atas bumi ini manusia mengemban misi untuk mewakili tuhan dan mencerminkan kualitas-kualitasNya. Dan merupakan sifat utama terpenting manusia yang di milikinya di antara seegala mahluk yang telah di ciptakan Tuhan.

Sifat kesuciaan khas yang di karuniakan kepada manusia, mahluk bumi membuat para malaikat bertanya apakah Tuhan akan menciptakan mahluk yang akan menumpahkan darah, menyebarkan kebenciaan dan balas dendam.dalam pertanyaannya ini para malaikat itu tampaknya ingin tahu, apakah tuhan berkehendak menciptakan manusia yang sama yang akan mengulangi dosa-dosa manusia sebelumnya, yaitu sebelum  manusia baru itu, ataukah ia kan memberikan kesempatan kedua dan memberikan suatu panggung kehidupan baru di atas muka bumi bagi manusia baru. Akan tetapi, Tuhan menjawab bahwa apa ia mengetahui apa-apa yang mereka tidak ketahui.dan kemudiaan Tuhan mulai menciptakan manusia,wakil dan khalifanya, dari tanah, dan bentuk paling rendah dari tanah-tanah liat hitam atau lempung yang berbau. Ada tiga referensi Quranik yang menunjuk pada sumber penciptaan manusia.

Subtansi atau bahan pertama di sebutkan “ tanah tembikar” kemudiaan Qura n menunjuk pada “Air yang hina” atau tanah yang membusuk dan akhirnya Quran menunjuk pada “tanah sederhana”. : kami telah menciptakan dari tanah, kemudiaan setetes Mani, kemudiaan dari segumpal darah, kemudiaan segempal daging , yang sempurna kejadiaannya atau yang tidak sempurna kejadiaanya, agar kami dapat menerangkan kekuasaan kami pada kamu. “ ( Quran , 22:5)” bukankah kami telah menjadikanmu dari air yang Hina? Dan meletakanya di tempat penyimpanan yang teguh? “ ( Quran, 77:20). Di berbagai tempat dalam Quran, Tuhan menunjuk pada subtansi manusia dari air mani, akkan tetapi ia mengingatkan manusia bahwa dari bahan yang Nista ini ia menciptakan Mahluknya yang terbaik. “ Dialah yang telah menyempurnakan segala sesuatu Yng di ciptakanNya dan ia telah memulai pembuaatan manusia dari tanah; kemudiaan ia jadikan turunan ( manusia ) itu dari air mani; kemudiaan iia sempurnakan kejadiaanNya dan ia tiupkan padanya sebagiaan Sprit Nya…” ( Quran 32:7) Atau “ Ia jadikan manusia dari tanah kering sepeti tanahh Tembikar  “ ( Quran 55:4).

Kemudiaan Allah mulai menciptakan seorang  Khalifa atau wakil bagi diriNya dari tanah liat kering. Dan kemudiaan iia tiupkan sebagian dari RohNya sendiri pada acuaan tannah liat itu dan kemudiaan lahirlah manusia. Manusia tersebut lahir dari dua hakikat yang berbeda ; tanah bumi dan roh suci. Dalam bahasa manusia, simbol kerendahan, kenistaan dan kekotoran  adalah lumpur. Dan tidak ada satupun di dalam alam yang lebih rendah dan Hina dari pada lumpur, dari mana manusia di ciptakan. Dan dalambahasa manusia, Tuhan adalah Maha Sempurna dan Maha Suci.dan dalam setiap mahluk, bagian yang  paling sempurna, paling Murni dan  paling Suci adalah sprit dan rohNya. Akan tetapi roh Yang Maha suci adalah sprit Maha sempurna, yang paling Suci di antara semua spirit dan diantara seluruh entitas yang ada dalam alam semesta. Dan adalah manusia yang langsung turun dari roh yang Maha Abadi itu.

Namun hakikat manusia yang lain berasal dari bentuk paling rendah dari tanah bumi- air yang nista. Sebagai gabunga dari debu dan sprit suci, manusia telah di ciptakan menjadi mahluk dua di mensional, dengan dua arah dan kecenderungan, yang satu membawanya ke bawah kepada Stagnasi sedimenter, kedasar  hakikat yang rendah, dimana seluruh dorongan dan gerak kehidupannya akan membeku, terbenan kedalam rawa-rawa hakikat yang hina. Akan tetapi di mensi manusia yang lain, di mensi Spritual, cenderung naik kepuncak  spiritual tertinggi – yaitu Zat Yang Maha Suci. Secara demikiaan manusia adalah mahluk dengan dua unsur yang kontradiktif , akan tetapi kebesarannya dan kejayaannya yang unik justru berasal  dari kenyataan bahwa ia adalah dua dimensional,  mahluk dengan dua kutub yang saling berlawanan.pada hakikatnya dua kutub ini memungkinkanNya untuk memiliki  kebebasan  memilih antara dua pilihan, yaitu antara antara kutub Suci dan Kehinaan, yang keduanya berada dalam diriNya, dengan kekuatan potensial yang mengubah dan kekuatan menarik. Perjuangan tanpa henti dan pepeprangan terus menerus yang dilakukan oleh kedua kutub itu dalam diri manusia akhirnya akan memaksa manusia untuk memilih salah satu kutub tersebut dan pilihan inilah yang akan menentukan Nasibnya.

Dan kemudiaan Tuhan mengajarkan pada manusia nama-nama, setelah Tuhan menyelesaikan menciptaaNya. Pakah arti dan maksud dari pelajaran tehtang  Nama-nama? Banyak interprestasi yang berbeda-beda masing-masing orang mengajukan pemahamannya sensiri sesuai dengan cara berpikir dan pandangannya. Namaun apapun jawabannya yang betul, tidak sedikitpun  keraguaan bahwa hal itu menunjuk pada gagagsan tentang pengajaran atau pendidikan. Demikianlah Tuaha mengajarkan nama-nama pada manusia, dan dengan demikiaan manusia menjadi pemberi nama pada dunianya, menyebutkan segala sesuatu denagan namanya yang tepat. 

Jadi Tuhan menjadi guru pada manusia, dan pendidikanmanusia yang pertama bermula dengan menyebutkan nama-nama. Karena merasa tergangu dengan perbuatan Tuhan yang istimewa pada manusia, para malaikat mengajukan protes bahwa mereka di ciptakan dari api tanpa asap, sedangkan manusia di ciptakan dari lumpur. Tetapi mengapa dia mengistimewakan manusia di atas mereka ? Tuhan berkata, saya mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui. “ Maka bersujudlah kamu sekaliaan di hadapan manusia …’ ( quran 37:72). Demikiaanlah sseluruh malaikat, dari berbagai tingkatan, besar dan kecil, menundukkan diri dihadapan kedua kaki mahluk dua dimensional ini serta menghormatinya. Adalah arti sebenarnya dari humanisme. Dan perhatiakan bagimana islam menangkat derajat manusia dan bagaiman islam menenmpatkan manusia di atas para malaikat, walaupun secara inheren mereka mestiinya lebih unggul dari pada manusia, karaena diciptakan dari cahaya, sementara manusia di buat dari debu dan tanah liat.

Dalam islam karunia intelektual  manusia dibuktikan lebih ungul dari pada para malaikat dan terbukti bahwa manusia adalah mahluk superior di antara segala ciptaanya. Kemudiaan Tuhan menguji  para mailakat untuk menyebutkan nama-nama, tetapi mereka tidak mengetahui nama-nam, sedangkan Adam dapat mengingat semuanya. Dengan demikiaan malaikat dikalahkan dalam ujian itu dan Adam memperoleh kemenangannya atas  para malaikat itu dalam hal ilmu pengetahuaan – dan pengetahuaan menjai sumberr ke unggulan unik manusia. Sujudnya para malaikat di hadapan adam membuktikan kenyataan bahwa dalam pandangan islam keluhuran ensinsial manusia dan keunggulannya atas para malaikat terletak pada ilmu pengetahuaannya, bukan pada pertimbangan rassial apapun.

Suatu masalah lainnya yang perlu di bahas adalah penciptaan wanita dari tulang rusuk pria, sebagaimana di terjemahkan dari bahasa arabkebahasa Persia. Tetapi  “ rusuk”  merupakan terjemahan yang tidak tepat dalam bahasa arab dan persi. Bermakna “ hakiakat”  atau ‘’ esensi”, bukan rusu k dalam arti literal. Oleh karena itu Hawa  ( Wanita ) di ciptakan dari esensi yang sama dengan Pria: “ Bukankah asal manusia dari setitik air mani yang di pancarkan ? kemudiaan ia jadi segumpal darah, dan ia ciptakan dan di sempurnakan? Lalu ia di ciptakan daripada manusia itu : laki-laki dan perumpuaan? “ ( Quran 75:34).legenda yang sering di ceritakan bahwa semua wanita kekurangan satu rusuk karena ia di ciptakan darii rusuk Adam itu di dasarkan pada pemahaman keliru engenai kata tersebut. ( perlu kiranya di catat bahwa Quran tidak menyebut penciptaan hawa dari tuulang rusuk Adam).

Manusia besar seperti Nietzche mengatakan bahwa pria dan wanita berasal dari dua mahluk  yang berlainan, akan tetapi pergaulan mereka terus-menerus selama berabad-abad membantu mereka mengembangkan titik persaman dan kedekatan. Dalam pada waktu iitu walupun semua sarjana dan filosof telah bersepakat bahwa pri dan wanita berasala dari satu keturunan, mereka masih cenderung meremehkan hakikat  wanita dan sulit menerimanya sederajat dengan kaum pria. Pada hal Quran melihat dua jenis kelamin dari asal yan  sam. “ kami telah meniptakan manusia laki-laki dan menyempurnakanNya…… dan menciptakan pasangan-pasanganNya, laki-laki dan perempuan”.
Satu hal lain yang sangat indah tentang penciptaan manusia ialah, bahwa hanya manusia sajalah, di antara mahluk dan gejala yang ada di alam semesta , yan mampu menjadai pemegang dan pengembang amanat Tuhan. Ketika Tuuhan menawarkan kepada seluruh mahlukNya – langit dan bumi, gunung-gunung, lautan dan sungai-sungai, fauna dan flora dan semua fenomena di jagat raya – apakah di antara mereka ada yang sanggup mengemban amanat Tuhan, maka sekali lagi manusia sajalah yang secara sukarela menenrima amanat tersebut. Oleh karena manusia memilii keyakinan dan kemampuaan untuk menjadi pengemban amanat Tuhan, penjaga karuniaNya yang paling berharga, maka terbuktilah bahwa manusia di anugrahkan keberaniaan dan keutamaan serta kebijakan di alam semesta. Demikiaanlah manusia bukan sekedar Khalifa Tuhan di Bumi ini, melainkan juga pemegang amanat Nya. Namaun apakah arti amanat itu? Setiap orang memberikan tafsirannya. Maulana Jalal Al-Din Rumi mengatakan bahwa  amanat itu berarti kehendak bebbas ( free- Will) manusia dan itu juga saya terima.

Keutamaan paling menonjol dari manusia, yang menandai superioritasnya atas mahluk-mahluk lain adalah kekuataan kemauannya dan kekuatan Iradanya, ia adalah satu-satunya mahluk yang dapat bertindak melawan dorongan Istingnya- seseuatu yang hewan maupun tumbuh-tumbuhan  tidak dapat melakukanya. Sebagi contoh hewan tidak perna ingin berpuasa atau juga tumbuh—tumbuhan tidak dapat melakukan bunuh diri atau berkelompok melakukan kejahatan. Hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat bertindak menentang dorongan istingnya.. hanya manusia sajalah yang dapat melawan dirinya, menentang hakikatnya, dan memberontak terhadap kebutuhan-kebutuhan Fisik dan Spritualnya. Dan hanya manusia yang dapat berbuat apa yang baik dan utama. Ia bebas memilih untuk bersikap rasional atau irasional, saleh atau jahat seperti Malaikat atau seperti Iblis. Kemauan bebas oleh karena itu merupakan sifat manusia terpenting dan menjadii penghubung kedekatannya dengan penciptanya.

Secara demikian manusia sangat dekat pada tuhan, dan menjadi roh yang dekat pada Tuhan, Oleh karena manusia lahir dari bagian roh Tuhan, di pilih menjadi KhalifahNya dan pememegang amanatnya. Dengan kata lain, apa yang sama dalam roh manusia dan roh Tuhan adalah kemauan bebas. Tuhan, satu-satuNya Zat dengan kemauaan mutlak yang memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja yang ia hendaki dan bahkan bertentangan dengan hukum-hukum alam semesta, telah meniupkan sebagiaan rohNya kepada manusia, dan mengantarkan manusia pada kehidupan, agar manusia dapat memanisfetasikan sifat-sifatNya di muka bumi.  Jadi manusia dapat berbuat mirip tuhan, walaupun dalam batas-batas tertentu; manusia dapat berbuat mirip Tuhan tetapi ia tidak dapat menjadi Tuhan. Sebagai mahluk bertindak melawan keteentuaan-ketentuaan mahluk fisiologis. Jadi kedekatan manusia dengan Tuhan berasalkan Keutamaan yang sama- yaitu kemauan BEBAS.

Filsafat penciptaaan mmanusia menunjukan bahwa seluruh manusia tidak saja sama, mereka juga bersaudara. Perbedaan antara persamaan (Ekualitas ) dan Persaudaraan ( brotherhood ) adalah sangat jelas. Persamaan adalah istilah hukum : sedangkan persaudaraan adalah penegasan esensi yang identik dalam diri seluruh umat manusia terlepas dari latar belakang ra, seks dan warna kulit; persaudaraan berarti bahwa seluruh umat manusia berasal asal usul yang sama. 

Ketiga, keutamaan manusia atas para malaikat dan seluruh alam semesta terletak dalam ilmu pengetahuannya, dimana terbukti bahwa manusia unggul di atas mahluk-mahluk langit karena ia mengetahui nama-nama. Dan para malikat, setelah mengakui keunggulan manusia, lantas bersujud dihadapan kaki manusia serta menghormatinya.

Lebih penting dari semua adalah kenyataan bahwa kehidupan manusia memuat jarak sangat jauh dari lumpur sampai pada kesucian. Di karuniai kemauan bebas, manusia mempunyai kemampuaan memilih salah satu kutub. Akan tetapi islam meminta tanggung jawab atas pilihannya dalam membentuk nasibnya. Karena itu dari sudut pandang islam, manusia tidak saja bertanggung jawab atas penentuaan nasibnya; ia juga berkewajiban memikul misi sucinya yang telah di percayakan padanya dan mengemban amanat Tuhan di muka bumi. Adalah manusia yang belajar nama-nama menurut pandangan saya, berarti penguasaan atas fakta-fakta ilmiah. Berhubung nama-nama adalah simbol-simbol dari fakta-fakta ilmiah, tanda-tanda dari fakta-fakta tersebut, maka mempelajari hal-hal itu dapat membimbing manusia  kearah pemahaman dan penemuaan kebenaran-kebenaran factual yang ada dalam alam semesta.dengan pengetahuan pertama berasal dari Tuhan, manusia mampu mengetahui segala fakta yang ada di alam semesta, dan hal ini merupakan misi besar manusia yang kedua. Kemanusiaan, dengan anugera pengetahuaan dan kemauan bebas, dengan demikiaan bertanggung jawab untuk menentukan nasibnya, dan masyarakat manusia juga bertanggung jawab untuk menetapkan nasibnya sendiri. “Bagaimu apa yang telah engkau usahakan bagi mereka apa yang telah mereka lakukan’’. (Quran 2:134). Nasib dari peradaban-peradaban Kuno  adalah apa yang mereka  usahakan dan nasibmu akan tergantung pada apa yang akan engkau usahakan denga kedua tanganMu. 

Oleh karena itulah manusia mempunyai tanggung jawabdi hadapan penciptanya, karena ia di beri kebebasan memilih dan kemauan bebas. Mis manusia sebagai khalifa dan pemegang amanat Tuhan di muka bumi jga berasal dari kenyataan bahwa ia dapat menggunakan kekuatan iradahnya untuk mengambil jalan kesuciaan.

Disini saya harus menegaskan bahwa sejarah sedang menyaksikan suatu tragedi besar, dan tragedi itu adalah bahwa manusia tidak di akui sebagai suatu mahluk dua dimensional ( bi- Dimensional ). Berlawanan dengan agama-agama lain yang menggap bahwa Tuhan dan kejahatan mendua di dalam alam, Islam meyakini suatu kekuatan Allah yang menyatukan dan imanen di dalam alam. Akan tetapi Islam mengakui bahwa dalam diri manusia terdapat pertempuran antara kekuatan kebenaran dan kekuatan kejahatan dan manusia itu sendiri menjadi ajang pertempuran dari dua kekuatan yang bermusuhan ini. Dualisme Islam, berbeda dari agam-agama masa lalu, melihat dua kekuatan dari diri manusia – jadi bukan alam. Alam, menurut islam, di kuasai oleh kekuasan atau kemauan Suci Yang Maha Esa. Oleh sebab inilah dalam pandangan Isalam, kejahatan bukan di pandang sebagai anti Tuhan, tetapi sebagai anti manusia, melawan separuh bagiaan suci manusia,  berhubung adanya dua aspek dari kehadiran manusia, maka manusia perlu hidup dalam keserasian dengan lumpur dan kesuciaan, sehingga ia dapat memperlunak ujung ekstrem kedua kutub itu dalam kehidupan masyarakat. Dan agama serta ideologi yang ia pilih harus mampu memuaskan kebutuhan spiritual dan temporal dari kehidupan.

Namun sayang sekali, sejarah punya cerita yang berbeda. Sejarah menunjukan pada kita bahwa seluruh masyarakat dan peradaba manusia berwatak cenderung keakhirat saja atau cederuang kedunia saja. Peradaban Cina mula-mula condong ke keduniawian saja, mengutamakan kenikmatan dan keindahan dan mengizinkan pemuasan sepenuhnya pada karunia alam. Aristokrasi kuno Cina memberikan contoh yang sangat jelas. Kemudiaan datang Lao-Tse dengan suatu agama baru yang mendorong bangsa Cina untuk mengabdikan dirinya pada kehidupan akhirat dan memajukan kehidupan spiritual. Pengaruh Lao-Tse begitu dominan di Cina sehingga bangsa cina yang sama yang perna memuaskan dirinya dalam kenikmatan dan sensualisme banyak yang menjadi pendeta, kaum sufi dan Gnostik. Kemudian muncul Kong Hu cu, ia menghapuskan kultus pada kehidupan akhirat dan memimpin bangsa cina kembali ke Alam. Ia  mendorong mereka kembali ke kehidupan sensual mereka yang lama sebelum kedatangan lao-Tse.sementara itu di India, dunianya para remaja dan seribu satu malam Arabia, juga berahli kehidpan asketik dengan adanya ajaran-ajaran Weda dan Budha.karena itulah mengapa tanah para tanah raja itu kini terkenal dengan para Yogi yang tidur di atas paku dan hidup selama empat puluh hari hanya dengan sebiji kurma, dan secara demikian, tertinggal jauh berada di belakang kehidupan dan peradaban Modern.

Di Eropa, Roma mempertahankan kekuasaan dengan suatu pemerintahan dengan menhalalkan pembunuhan dan kejahatan, dengan jalan memegang keunggulan Militer da Imperial di Dunia. Roma terus-menerus mengumpulkan kekayaan dari Asia dan Eropa dan kemudiaan memuaskan diri dalam kenikmatan dan kemewahan yang berlebihan, dan menghibur diri dengan menyaksikan pertarungan para Gladiator dan permainan-permaina semacam. Keduniaan mencapai puncak di Roma,dan orang-orang romawi berrbuat terlalu dalam pemuasan sensuallitas atau kenikmatan fisik. Dan kemudiaan datanglah Kristus, membawah suatu keyakinan yang ternyata sesudah itu merubah Romayang secular dan sensual itu menjadi suatu masyarakat yang sepenuhnya berorientasi pada esketisisme dan monastisisme ( hidup merana dan mementingkan keakhiratansemata-mata), yang pada giliranya menyiapkan atmosfir bagi kehidupan zaman pertengahan yang muncul di Eropa. Eropa Zaman pertenganhan merupakan arena peperangan, pertumphan darah, kekuasaan dan perjuaangan merebut supremasi Militer. 

Di samping itu Eropa merupakan Dunianya monastisisme, yang di penuuhi dengan biarawan, biarawati, kaum mistik dan para pendeta, akantetapi eropa telah berjalan terlalu jauh menuju arah ini, sehingga Renaissance harus datang mengubah eropa zaman pertengahan yang monastik menjadi suatu dunia yang sekuler Renaissance telah begitu materialistis dan telah membuat kemanusiaan begitu bergatung pada kenikmatan hidup dan kemewahan sehingg, sebagaimana Profesor  Chandel telah mengungkapkan, dunia sekarang ini memusatkan seluruh usahanya untuk menciptakan sarana-sarana kehidupan. Ini adalah kebodohan dari filsafat hidup manusia modern – teknologi tanpa arah dan peradaban yang kosong dari cita-cita. Sekali lagi manusia telah lari tanpa kembali kejurusan hakikatnya yang nista sehingga seorang penyelamat di perlukan untuk menolongNya.

Kesimpulan besar yang dapat di ambil dari filsafat tentang manusia dalam Islam adalah bahwa ia seorang mahluk dua dimensional dalam keadaan demikiaan ia memerlukan suatu agama dengan dua dimensi serupa yang dapat mengimbangkan dan menyerasikan dimensi-dimensinya yang saling bertentangngan yang ada dalam dirinya dan masyarakatnya. Agama yang dapat menolong manusia menunaikan tugasnya adalah islam. Mengapa Islam ? dalam rangka memahami Islam atau agama apa pun, oaring harus mengetahui Tuhannya, kitab sucinya, nabinya, dan tokoh-tokoh yang paling terkemuka dalam agama tersebut . pertama-tama, Allah, Tuhan dalam pengertian Islam adalah tuhan dua dimensional, dengan dua wajah, yaitu wajah Jehova dan wajah TuhanNya Yesus. Seperti yang pertama ia seolah-olah berwatak “ Social Minded“, mendunia, politis, tegas dan membahas setiap perbuatan dengan keras. Dan seperti yang kedua, ia lemah lembut, penyayang dan pemaaf. Semua sifat ini dapat di temukan dalam Quran.

Kedua, Quran, sebagaiman halnya taurat, adalah suatu kitab tentang hukum-hukum dan peraturan-peraturan social dan politis. Ia berisi berbagai instruksi tentang perang dan damai. Pengambilan dan pelepasan tawanan perang. Ia juga menunjukan perhatiaan besar dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dan dalam memerangi keburukan-keburukan dan musuh social. Di atas segala-galanya, Quran juga merupakan suatu kitab suci yang sangat besar memperhatikan penjerrninahan dan penyuciaan jiwa, kesolehan sprit dan kesempurnaan moral manusia.

Nabi Islam adalah juga seeorang dengan dua wajah yang kontras yang mengejewantahkan  secara indah dalam satu sprit. Wajah keduniaanya mengejewantahkan dalam perang dan aksi-aksi social,dalam memerangi kekuatan-kekuatan yang destruktif di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan wajah atau dimansi sucinya menaampakkan dirinya dalam penyampaiaan amanat-amanat Allah baggi manusia. Dalam dirinya kenabiaan dan kepemimpinan memadu dan menyatu secara sangat serasi, sebagai penuntun yang membibing kemanusiaan kearah suatu tujuaan tertentu dan sebagai seorang hamba yang saleh, yang selalu berdoa dan mengabdi.

Mereka yang di didik oleh Nabi, seperti Ali dan Abuzar dan Salman, adalah juga manusia-manusia teladan dengan dua dimensi. Mereka adalah manusia-manusia politik dan perang,dan senang tiasa berjuang untuk menegakan kehidupan dan masyarakat yang lebih baik.mereaka adalah manusia-manusia besar dalam pengetahuan dan pengabdiaan dan selalu hadir dalam lingkaran-lingkaran pendidikan dan intelektual. Sebagaimana halnya para cerdi dan cendikia dari timur, Ali dan Abuzar dan Salam  juga merupakan manusia-manusia yang menjujung kesuciaan dan spiritual dan kesalaehan, dan  sangat bersungguh-sungguh dalam berdedikasi pada keyyakinanNya. Abuzar berjuang dalam melawan kemiskinan ketika Utsman menjadi khalifa yang kaya. Sebagai seorang yang berilmu,penyelidikan dan perenungan Abuzar dalam hubungannya dengan pengabdiaan pada Tuhan kiranya dapat menjadi suatu kunci untuk memmahami Quran. Seluruh sahabat Nabi juga merupakan manusia-manusia perang , keadilan dan kedalamman perasaan dan selalu berusaha memperbaiki masyarakat dan menegakan keadilan.

Sebagai kesimpulan, di dalam Islam manusia tidak dipandang tanpa daya di hadapan Tuhan, oleh karena ia adalah rekanallah, sahabatNya, pemegang amanatNya, teman dekatNya dan MuridNya yang  utama sehiingga seluruh para malaikat tunduk di hadapanya. Sebagai mahluk bi-dimensinal, yang di karuniaimisi demikiaan agung agar dilaksanakannya dimuka Bumi manusia memerlukan suatu agama yang dapat memelihara keseimmbangan antara kutub keakhiratan meluluh dan kutu keduniaan semata-mata. Manusia memerlukan suatu agama dua- dimensional agar dapat melaksanakan misi yang paling besar di dunia ini.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Present By
Copyright © 2011. RUMAH PENDIDIKAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger