(www.scienamadani.org/2015/02/tedhak-sinten-tradisi-turun-tanah.html)
TRADISI Tedhak Sinten atau orang jawa menyebut tradisi tuurn tanah. Ketika anak menginjak tujuh (7) bulan, tradisi turun tanah menjadi symbol bagi kalangan masyarakat jawa mengisyratakan dalam usia tersebut seorang anak sudah saatnya untuk kembali ketanah. Menginjakan kakinya ke tanah sebagai upaya pendekatan kepada dirinya sendiri yang berunsurkan tanah.
TRADISI Tedhak Sinten atau orang jawa menyebut tradisi tuurn tanah. Ketika anak menginjak tujuh (7) bulan, tradisi turun tanah menjadi symbol bagi kalangan masyarakat jawa mengisyratakan dalam usia tersebut seorang anak sudah saatnya untuk kembali ketanah. Menginjakan kakinya ke tanah sebagai upaya pendekatan kepada dirinya sendiri yang berunsurkan tanah.
Kalau orang Madura menyebutnya dengan tradisi Sakea Kena yakni tradisi turun tanah bagi abyi berusia tujuh bulan. Rangkaian tradsisi ini memiliki keunikan dan makna tersendiri bagi masyarakat jawa. Bahkan ada pesan moral yang ingin disampaikan, salah satunya yakni sang bayi disuruh memilih beberapa pilihan dari buku, kitab, sisir, pulpen dll. Dan pilihan pertama itulah yang akan menentukan pilihan terakhir yang memiliki urutannya masing-masing.
Dalam prosesi tradisi turun tanah ini ada beberapa tahap seperti; pertama, memandikan bayi. Bahwa bayi dalam keadaan suci seperti pertma kali ia terlahir dalam keadaan fitrah dan kelak ketika meninggalkan dunia ini sang anak juga diharapkan kembali kedalam fitrahnya.
Kedua, menginjak bubur atau orang jawa menyebut bubur tersebut dengan nama bubur chetil yakni bubur merah manis dengan bulatan dari tepung beras (bulatan itulah yang disebut chetil). Memiliki makna bahwa bayi akan menjadi kuat dan kokoh untuk menapaki kehidupannya
Ketiga, menyebar uang orang jawa menyebutnya udek-udek duit yang berisi beras kuning dan bunga artinya menyebar yakni melemparkannya yang disana banyak orang yang berkumpul untuk mengambil uangnya sebagai hak miliknya. Menunjukan bahwa sang anak diharapkan kelak menjadi orang yang dermawan dan dikaruniai banyak rizki dan saling berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan.
Keempat, memilih barang ada beberapa pilihan disinilah kelak anak akan menapaki kehidupannya dalam memilih profesi dan berantai dalam memilihnya.
Tradisi ini digelar sebagai bentuk harapan dan doa agar anak mampu menjadi orang yang berguana bagi agama, Negara dan masyarakat. Sebagai sebuah symbol atas karunia yang diberikan kepada keluarga. Didalamnya mengisyaratkan berbagai macam benda seperti berdoa, makanan, uang, barang, bunga dll. Ini menunjukan hubungan tiga dimensi antara manusia, tuhan dan alam. Dan kesemuanya berjalan dengan harmonis.(ks)
Posting Komentar